Selasa, 05 Maret 2013


Jogja Malioboro dan Surga Jogja




Setahun kurang sudah saya menetap di Yogyakarta. Setiap kali menyusuri Malioboro, tidak ada habis-habisnya kekaguman saya akan jalan ini. Ada-ada saja yang membuat kita betah untuk menghabiskan malam disana.
Di saat semua kota tergerus identitasnya oleh kepungan modernisasi, Malioboro semakin kukuh mempertegas perannya sebagai simbol utama kota Yogya dengan lapak pedagang kaki lima yang tak pernah tergusur.
Bagi wisatawan, tidak lengkap rasanya bila tidak menyusuri emper-emper tokoh yang dipenuhi pedagang batik dan cindera mata di sepanjang Malioboro. Turis asing dan wisatawan lokal sangat menkmati tawar menawar barang dengan dengan para pedagang yang setiap saat menawarkan senyum mereka.
Tak peduli dengan pengakuan status keistimewaan Yogyakarta dari pemerintah, toh Malioboro memang istimewa.
Tapi sebenarnya, menurut saya keistimewaan dari Malioboro tidak hanya karena jejalan para pedagang di samping jalan itu. Sesuatu yang tesembunyi dibaliknya justru menarik perhatian saya akan jalan ini.
Bagiku, jalan ini bak garis kontinum yang menghubungkan dua titik ekstrem diantara ujung utara dan ujung selatannya. Ujung utaranya mewakili dunia hiruk pikuk yang menawarkan sensasi bagi yang haus akan hasrat seks, surga dunia yang bagi yang “jablai”. Mengutip ustas, “tempat para penghuni neraka”. Di ujung selatannya kehidupan yang berkebalikan, dimana hidup kelompok masyarakat yang sibuk dengan kehidupan akhiratnya. Tenang, dan lebih memilih berdiam diri di rumah mereka.
Di ujung utara, Mery (nama malam Merinem), masih berdandan dengan gincu barunya, jam baru menujukkan pukul tujum malam, hari belum dimulai, pengunjung biasanya ramai pada pukul 8 hingga 10 malam. Neneng lebih duluan duduk di depan kamarnya di lorong kecil ujung utara belakang malioboro. Semalam ia tak dapat pengunjung satupun, malam ini lebih awal mangkal. Berharap ada yang “gatal” jam-jam segini. Dandanannya dibuat lebih menor, gincunya lebih tebal, roknya jauh lebih mini dipadikan lingerie merah. Hanya saja seksi pakaiannya tidak sebanding dengan tumpukan lemak di sekujur tubuhnya. Sementara diluar lorong kecil itu yang berhubungan langsung dengan jalan Pasar Kembang, sejumlah tukang becak menawarkan jasa mengantarkan ke tempat yang dihuni perempuan-perempuan jauh lebih mudah dan seksi.



Demikian kehidupan malam di pasar kembang, tepat belakang di ujung utara Malioboro. Surga bagi yang rindu dengan kenikamtan duniawi.
Kontras, ketika Neneng dan Mery masih berdandan bersiap menunggu “om-om” ditemani musick house dangdut, di ujung selatan suara azan menggema dari Masjid Gede Kauman. Semua warga keluar rumah menuju masjid. Lepas 20 menit setelahnya, setelah shalat isya, semua kembali ke kediaman masing-masing, praktis lorong-lorong di sekitar Kauman, yang berseberangan ujung selatan Malioboro /Ahmad Yani kemabli sepi. Ketenangan sangat terasa. Kata salah seorang warganya, “disini orang malu parkir depan rumah, apalagi ribut-ribut”. Suasana religious sangat kental dari para pengikut Ahmad Dahlan ini.



Antara Kauman dan Pasar Kembang (sarkem) memang hanya tepaut Malioboro. Namun, perbedaan keduanya bak langit dan bumi.
Dibalik perbedaan itu, tetap saja ada kesamaan diantara keduanya. Yaitu, keduanya dapat menjadi saluran kanalisasi bagi mereka yang lelah dengan hidup. Keduanya menawarkan kesenangan, hanya dengan cara yang berbeda. Yang Jablai dan haus seks, sarkem menjadi pilihan. Dan bagi yang haus akan spriritualitas, berkunjung ke kauman mungkin dapat mengurangi kerinduan akan kehidupan yang tenang dan religious.
Yang saya sulit bayangkan bila ada pengunjung yang berbelanja batik di Malioboro kemudian shalat isya di masjid Gede Kauman, setelah itu menghabiskan malam bersama Mery di sarkem. Wah, betul-betul berwisata.
Malioboro memang istimewa. Tempat dimana saya sadar, antara surga dan neraka memang sangat dekat jaraknya, hanya sepanjang jalan Malioboro.
Oke, teman teman lain wak tu saya akan cerita lebih panjang lagi tetang Jogja Undercover ;)

Read More

Senin, 04 Maret 2013

Kopi Joss – Kopi Arang Khas Yogyakarta





Coba bayangkan, segelas kopi panas…. eh, ada arang mengapung di permukaannya! Eh, apaan nih?
Coba sentuh arangnya pakai jari ah…. Auww!! Panas!!
Ya! Inilah yang dinamakan KOPI JOSS! Kopi panas, kuat dan manis, dengan sebongkah arang membara mengapung di permukaannya.
Pertama kali dibuat oleh Lek Man (Pak Man) di Jogja pada tahun 60-70an, dan sekarang merupakan minuman terkenal dari kota keraton ini. Ketika kami berkunjung ke angkringan (kedai) Kopi Joss Lek Man untuk merayakan ulang tahunku, kami sempat berbincang-bincang dengan Pak Alex yang kini menggantikann Lek Man menjual kopi karena faktor usia.



Pak Alex baik baget deh. Beliau menceritakan bagaimana awal mulanya kopi joss diciptakan oleh Lek Man. Beliau juga menjelaskan khasiat kopi arang ini dalam meredakan berbagai gangguan perut, dan memperagakan cara membuatnya. Bagian favoritku adalah ketika arang dimasukkan ke dalam gelas kopi. Arang tersebut masih merah membara, langsung dari tumpukan arang menyala yang digunakan untuk menjerang air. Kemudian selagi merah-merahnya, arang ini dicemplungkan ke dalam segelas kopi. Kontan si arang marah memberontak, memprotes dengan desisan JOSSSSSSSSS-nya!! Hehehe…

Apalagi kalo minum kopinya sama ngemil nasi kucing dan gorengan, beeeeeeehhhh !!! di jamin asikk nya gak kan terlupakann cahahahah :D . kya gini ni :


Read More

Selasa, 26 Februari 2013






Angkringan Kali Code, Tempat Anak Muda Berbagi Cerita


Angkringan, mungkin Anda sudah sangat mengenal kata ini, bahkan mungkin Anda sudah pernah merasakan kuliner di tempat ini. Angkringan identik dengan Yogyakarta. Itulah mengapa banyak sekali warung angkringan di Yogyakarta. Salah satu angkringan yang terkenal  adalah Kali Code. Angkringan Kali Code berada di daearah Kotabaru, tepatnya berada di pinggir kali Code. Angkringan Kali Code juga dikenal sebagai Kopi Code.Walaupun hanya berupa warung angkringan, ternyata warung – warung ini memiliki izin dari Kecamatan Kotabaru. Bahkan warung – warung  angkringan ini memiliki paguyuban yang diberi nama ”persatuan Kali Code”.

Angkringan sangat identik dengan nasi kucingnya. Karenanya angkringan Kali Code juga menjajakan makanan tradisional itu. Nasi kucing bukanlah nasi untuk kucing, namun nasi yang porsinya kecil sekecil porsi makan kucing. Nasi kucing biasanya berisi oseng-oseng kacang panjang atau sambal teri dan dibungkus dengan menggunakan daun pisang, namun sekarang karena daun pisang sulit didapat dan harganya yang mahal, nasi kucing banyak yang dibungkus dengan kertas nasi. Selain menjual nasi kucing, para pedagang di angkringan Kali Code juga menjual roti bakar, pisang bakar, mie instan dan juga aneka gorengan seperti tempe, tahu, pisang, bakwan dan ”rondo royal” atau tape goreng. Yang juga unik dari angkringan adalah pengunjung dapat meminta gorengan yang ada untuk dihangatkan dengan cara dipanggang atau dibakar di atas tungku.
Yang juga khas dari angkringan adalah sate telur puyuhnya, telur puyuhnya sudah dimasak semur sebelum ditusuk menjadi sate sehingga warnanya kecoklatan dan berasa manis. Selain itu juga ada sate usus, ceker dan kepala ayam. Dan yang tidak pernah ketinggalan adalah kerupuk.

Untuk minumannya pedagang menawarkan minuman tradisional seperti wedang jahe, ada juga teh, kopi dan susu. Minuman yang terkenal di warung Misbar salah satu warung di pinggir Kali Code ini adalah teh poci dan kopi joss. Kopi joss adalah kopi yang diberi bara arang yang panas. Kata joss diambil dari suara bara arang yang masuk ke dalam air kopi.
Para pengunjung Angkringan Kali Code biasanya menghabiskan malam sembari menikmati hidangan angkringan. Di angkringan ini, semua kalangan berkumpul tanpa memandang derajat dan pangkat. Dinginnya malam kota Yogyakarta seakan hilang dengan kehangatan suasana yang ada, sembari menyaksikan pemukiman warga sepanjang bantaran kali Code. Lagu-lagu yang dinyanyikan oleh para pengamen menambah hangatnya suasana, ditambah lagi segelas kopi joss atau teh poci dan gorengan bakar.

Untuk bisa menikmati suasana itu Anda tidak perlu mengeluarkan uang dalam jumlah besar. Anda cukup membayar Rp1.000,- untuk satu bungkus nasi kucing, sedangkan untuk gorengan dan makanan lain harganya berkisar Rp500,- sampai Rp5.000,-. Untuk minuman harganya berkisar Rp1.500,- sampai Rp 4.000,-
Angkringan Kali Code buka mulai pukul 16.00 sampai pukul 03.00 WIB. Namun biasanya pengunjung mulai berdatangan pada pukul 19.00.
Angkringan lain yang tidak kalah ramainya adalah angkringan Tugu, angkringan KR, dan angkringan Sleman.
Read More

Wisata Malam : Alun-Alun Kidul (Alkid)

Sahabat Wisata, Alun-Alun Kidul atau disingkat Alkid merupakan tanah lapang terletak didalam kompleks Kraton Yogyakarta. Alkid dulunya adalah tempat untuk latihan perang para prajurit kraton, tapi sekarang sudah tidak ada prajurit yang latihan ketangkasan disana. Aklid sudah menjadi tempat nongkrong anak muda dan juga keluarga. Sebagai salah satu landmark Yogyakarta selain Tugu, Malioboro, Kraton, dan Tamansari, tentunya Alun-alun Kidul menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan.
Foto 2439 300x194 Wisata Malam : Alun Alun Kidul (Alkid)
Ditengah-tengah Alkid ada dua buah pohon beringin, namanya ringin kurung. Ada makna simbolis dari pohon beringin ini yaitu simbol laki-laki pada beringin sebelah barat dan simbol perempuan pada beringin sebelah timur. Entah sejak kapan bergulir sebuah mitos kalau ada orang yang berhasil berjalan menembus dua pohon beringin tersebut dengan mata tertutup, maka ia akan mendapat berkah. sekali lagi, ini hanya sebuah mitos dan saya yakin ini bukan dari kraton. Penulis sendiri juga pernah mencoba melewati dua pohon  tersebut dengan mata tertutup. tapi selalu gagal, berbelok arah.
Foto 2433 300x206 Wisata Malam : Alun Alun Kidul (Alkid)
Alkid akan ramai pengunjung pada malam hari, anda bisa santai sejenak disana sembari menikmati wedang ronde sambil lesehan. Kalau anda ingin berkeliling Alkid, disana ada yang menyewakan sepeda unik berlampu. sepeda ini bisa anda naiki secara berjamaah jadi bentuknya besar dan bisa untuk empat orang.
Sebagai salah satu landmark Yogyakarta selain Tugu, Malioboro, Kraton, dan Tamansari, tentunya Alun-alun Kidul menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan.

Pilihan Tempat Wisata di Yogyakarta

Disini kami sajikan pilihan tempat wisata di Yogyakarta yang sangat layak untuk dikunjungi. kami pilihkan tempat wisata yang murah meriah karena Yogyakarta adalah surganya para backpacker.
Dan ini dia tempat pilihan wisata di yogyakarta :

1. Nongkrong di Alkid (Alun-alun kidul)
Menikmati malam dengan asik? ya di alun-alun kidul, pernah dengar lagunya KLA Project yang judulnya “Yogyakarta”. Suasananya di lagu tersebut sangat tergambar di tempat ini.

2. Menikmati suasana di Nol Kilometer
Malam hari memang cocok untuk nongkrong di tempat ini, panorama di nol kilometer sangat cantik bila dilihat pada malam hari.

teruss Jogja juga ga kalah sama pantainya dong berikut pantainya :

3. Pantai Parangtritis
Pantai parangtritis memang layak dikunjungi untuk melepas penat setelah seharian bekerja memeras pikiran. Letaknya lumayan jauh dari keramaian kota membuatnya benar-benar melepaskan pikiran dari hiruk-pikuk keramaian kota
.
4. Kaliurang
Ada baiknya anda mengunjingi kaliurang untuk refresing di akhir pekan, di kaliurang ada yang namanya telaga putri, nah di telaga putri inilah anda bisa menikmati air terjun yang sangat indah

5. Pantai Drini
Pantai Drini adalah pantai dengan keindahan pasir putih, pantai ini masih terjaga keindahannya.

Tugu Jogja

tempat wisata yogyakarta 300x199 Pilihan Tempat Wisata di Yogyakarta
 
nahh, Tugu Jogja juga sebagai penunjuk arah dari kraton ke arah puncak gunung Merapi teman teman :)
 
Tugu Yogyakarta di sekitar tahun 1920
 
 
Sahabat Jogja Juga perlu tahu bahwa Tugu Jogja adalah sebuah tugu atau menara yang sering dipakai sebagai simbol/lambang dari kota Yogyakarta. Tugu ini dibangun oleh Hamengkubuwana I, pendiri kraton Yogyakarta. Tugu yang terletak di perempatan Jl Jenderal Sudirman dan Jl. Pangeran Mangkubumi ini, mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis menghubungkan laut selatan, kraton Jogja dan gunung Merapi. Pada saat melakukan meditasi, konon Sultan Yogyakarta pada waktu itu menggunakan tugu ini sebagai patokan arah menghadap puncak gunung Merapi.
Tugu ini sekarang merupakan salah satu objek pariwisata Yogya, dan sering dikenal dengan istilah “tugu pal putih” (pal juga berarti tugu), karena warna cat yang digunakan sejak dulu adalah warna putih. Tugu pal ini berbentuk bulat panjang dengan bola kecil dan ujung yang runcing di bagian atasnya. Dari kraton Yogyakarta kalau kita melihat ke arah utara, maka kita akan menemukan bahwa Jalan Malioboro, Jl Mangkubumi, tugu ini, dan Jalan Monument Yogya Kembali akan membentuk satu garis lurus persis dengan arah ke puncak gunung merapi.

nahh itu info tentang Tugu Jogja, kalo ada waktu lagi bakal aku Post lebih banyak tentang gimana sih Kota Jogja itu !! :)
Read More